Yap, kerap kali kita mendengar kata “sustainable living”, “zero waste”, “global warming”, dan isu lainnya tentang lingkungan beberapa tahun terakhir. Mungkin dari kamu, sudah ada yang tahu bahkan sudah menjalani sustainable lifestyles. Kali ini, Aleza berkesempatan untuk bertemu dengan Yulia Rachmawati atau lebih dikenal dengan @theladyulia. Fashion stylist yang memiliki hobi nonton film ini sudah mulai mengikuti lifestyles tersebut sejak 2014. Nah, jadi apa sebenarnya sustainable lifestyles? Menurut GB times, “sustainable living is the practice of a lifestyle with the objective of reducing the use of natural resources.” Dengan kata lain, pengikut gaya hidup ini mengurangi bahkan menolak gaya hidup yang mengeksploitasi sumber daya alam. “Kalau kata orang kita ini harus menjaga bumi, tapi kalau menurut aku bumi nggak perlu dijaga, karena bumi nggak butuh kita, tapi kita yang butuh bumi”, tegas Yulia ketika ditanya soal sustainable living.
Nyatanya, praktek sustainable living bukan hanya membuang sampah pada tempatnya, namun banyak hal yang sebetulnya kita sebagai orang awam yang belum aware dengan keadaan “rumah” kita sendiri. Meskipun begitu wanita kelahiran 22 Juli 1989 ini mengaku langkah awalnya memang dilakukan dengan buang sampah pada tempatnya namun karena saat ini gaya hidup ini sudah mulai populer dan ia sudah mendapat banyak dukungan dari pihak lain, sekarang Yulia mulai giat memperdalam gaya hidup ini, seperti mengurangi sampah plastik, memilah sampah sesuai dengan kategorinya, mengurangi food wasting. “Dulu aku suka banget ke supermarket beli buah misalnya untuk properti foto lalu nggak dipakai dan akhirnya kebuang”ujar Yulia. Sekarang ia mengaku lebih bijaksana dalam pembelian makanan. Soal sampah plastik ia minimalisir dengan membawa kantong belanjaan dari rumah bahkan membawa tempat makan dari rumah sehingga tidak perlu menggunakan plastik ketika membeli makanan. Jika dilihat lebih dalam lagi, dalam produk keseharian yang kita pakai seperti body care, skin care dan alat-alat rumah tangga pasti menggunakan plastik. Karena itu sustainable living mengajak kita untuk mengurangi penggunaan produk-produk tersebut atau dengan mengganti brand yang ramah lingkungan.
Bicara soal makeup, erat kaitannya dengan fashion. Yulia, selaku fashion stylist yang bekerja di dunia fashion mengaku belum bisa berkontribusi maksimal dalam mengurangi konsumsi fast fashion. Solusinya adalah memilih kebutuhan barang dengan bijak. Oleh karena itu, wanita dengan style edgy ini, juga belajar tentang minimalist lifestyle yaitu hidup sederhana dengan membatasi diri untuk membeli, memiliki atau mengonsumsi banyak hal. “Kalau menurut The Minimalist, itu adalah alat agar hidup kita lebih bermakna, agar kita mampu bersyukur dengan apa yang kita punya” ujar Yulia. Menurutnya langkah pertama dengan tahu apa tujuan kita, misalnya hanya karena barang di rumah sudah terlihat menumpuk. “Setelah itu aku mulai decluttering, aku suka dengan Marie Kondo konsep, setelah berhasil beres-beres rumah dan merapikan barang yang nggak perlu aku merasa lebih nyaman”, tambah Yulia.
So, setelah mengetahui apa alasan kita, langkah selanjutnya adalah dengan decluttering. Decluttering adalah merapikan, serta mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan lagi. Setelah itu kita dituntut untuk mensyukuri apa yang ada, serta merawat sebaik mungkin apa yang kita miliki. Sebenarnya penerapan hidup minimalis bisa lebih jauh lagi. Namun sebagai pemula, langkah tersebutlah yang bisa dimulai.
And yes, hidup minimalis juga dapat berkaitan dengan lingkungan, dengan mengurangi sifat konsumtif berarti kita dapat mengurangi sampah-sampah dari barang yang kita miliki. so, let's take care of the environment starting from ourselves!